Pernah suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkumpul bersama para sahabatnya di masjid. Pada saat itu tiba-tiba beliau bersabda kepada para sahabatnya: “sebentar lagi kalian akan melihat seseorang dari penduduk surga.” Tak lama setelah itu, lewatlah salah seorang sahabat di depan mereka. Para sahabat yang berkumpul pun menyadari bahwa yang dimaksud seseorang dari penduduk surga oleh Rasulullah adalah sahabat yang lewat tersebut. Sebab hanya dialah yang lewat pas setelah sabda Rasulullah tersebut.
Keesokan harinya, Rasulullah dan para sahabatnya kembali berkumpul di masjid, kemudian Rasulullah kembali bersabda persis seperti sabda beliau di hari kemarin: “sebentar lagi kalian akan melihat seseorang dari penduduk surga.” Tak lama kemudian lewatlah di hadapan mereka seorang sahabat yang sama di hari kemarin. Para sahabat pun bertambah yakin bahwa seseorang dari penduduk surga itu adalah sahabat tersebut. Sebab dua kali telah Rasulullah bersabda dengan sabda yang sama, dan yang mereka lihat tetaplah sahabat yang sama.
Keesokan harinya, tepatnya di hari ketiga setelah Rasulullah bersabda tentang seseorang dari penduduk surga, kembali Rasulullah berkumpul bersama para sahabatnya di masjid dan mengulangi sabda tersebut. Hasilnya pun tetap sama. Sahabat yang lewat dihadapan mereka setelah sabda tersebut adalah sahabat yang sama di dua hari sebelumnya.
Akhirnya para sahabat sudah sangat yakin bahwa sahabat yang lewat tersebutlah yang dimaksud oleh Rasulullah sebagai seseorang dari penduduk surga. Mereka pun penasaran, heran, dan takjub terhadapnya. Salah satu dari mereka yang takjub adalah sahabat yang bernama Abdullah bin Amru bin Al-’ash. Ia bertanya-tanya dalam dirinya, amalan spesial apa yang dilakukan sahabat tersebut sampai – sampai Rasulullah tiga kali bersabda tentangnya bahwa dia adalah penghuni surga.
Mulailah sahabat Abdullah bin Amru bin Al-’ash mencari tahu tentang sahabat tersebut. Kemudian Abdullah bin Amru bin Al-’ash berkunjung kerumahnya, lalu meminta izin untuk menginap disana. Selama tinggal di rumah tersebut Abdullah bin Amru bin Al-’ash memperhatikan dan mengamati amalan apa saja yang dilakukannya. Namun anehnya, Abdullah bin Amru bin Al-’ash tidak mendapati sahabat tersebut melakukan amalan yang spesial dari sahabat yang lain. Selama tinggal di rumahnya, dia tidak mendapatinya melakukan ibadah sholat lebih banyak daripada sahabat yang lain. Begitupun dengan ibadah-ibadah lainnya.
Pada akhirnya Abdullah bin Amru bin Al-’ash mengungkapkan keheranannya akan sahabat tersebut. “amalan apa yang sebenarnya yang kamu kerjakan sampai-sampai Rasulullah mensifatimu sebagai seseorang dari penduduk surga, sedangkan aku tidak melihat dari dirimu sesuatu yang spesial?”
Sahabat tersebut pun menjawab: “aku pun tidak tahu, kecuali aku selalu berusaha untuk tidak mendapati dalam diriku sesuatu dari tipu muslihat dan tidak pula rasa dengki terhadap seseorang dari kaum muslimin atas kebaikan yang Allah berikan kepadanya.” Setelah mendengar jawaban tersebut sahabat Abdullah bin Amru bin Al-’ash berkata: “amalan itulah yang membuatmu mendapatkan derajat itu, dan amalan itu pulalah yang belum kami lakukan.”
Dari kisah tersebut kita dapat melihat agungnya sebuah khobi’ah sholihah (perbuatan baik yang tersembunyi). Lihatlah, seorang sahabat yang dikabarkan sebagai penduduk surga, sebab dia mempunyai suatu amalan yang dirahasiakan. Hanya Allah dan dirinya yang tahu. Dia merahasiakannya dari para sahabat hingga Rasulullah lah yang memberikan kabar akan derajat yang dia peroleh. Begitu pula halnya kita sebagai seorang mukmin. Sudah sepatutnya kita mempunyai simpanan amalan sholeh yang tidak diketahui oleh orang lain. Jangan sampai semua amalan yang kita punya terpublikasikan. Maka mulailah memilih amalan seperti apa yang akan kita rahasiakan. Serta berusahalah untuk istiqomah di dalamnya.
Jikalau masih bingung atau terasa sulit, maka mulailah dari yang paling mudah kita lakukan. Berdo’a misalnya. Do’akanlah selalu orang-orang yang kita sayangi, orang-orang terdekat kita, orang-orang yang terbaik dalam hidup kita. Do’a yang tidak diketahui kecuali kita dengan Allah. Atau ibadah-ibadah lain yang lebih mudah bagi kita. Kemudian jaga ibadah tersebut, hingga ajal datang menjemput. Semoga kita termasuk seseorang dari penduduk surga. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
Muhammad Saleh : Kabag. Kepengasuhan
( disadur dari liqo’ maftuh bersama Ustadz Didik Harianto)